Meraih Ampunan Allah Di Bulan Ramadhan
KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR’AN
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang mengajak kepada pintu-Nya, Yang memberi taufik kepada orang yang dikehendaki-Nya, memberi nikmat dengan menurunkan kitab-Nya yang mengandung ayat yang muhkam dan mutashabih. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah Subhanahu wa ta’ala, tiada sekutu bagi-Nya, persaksian yang aku berharap selamat dari siksa-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan rasul-Nya, manusia paling sempurna dalam amal ibadah dalam pergi dan pulangnya. Semoga shalawat selalu tercurah kepadanya, kepada Abu Bakar radhiallahu ‘anhu sahabatnya paling utama, kepada Umar radhiallahu ‘anhu yang Allah Subhanahu wa ta’ala memuliakan agama dan dunia menjadi lurus dengannya, kepada Utsman radhiallahu ‘anhu syahid dalam rumah dan mihrabnya, dan kepada Ali radhiallahu ‘anhu yang terkenal menyingkap ilmu yang rumit dan membuka tutupnya, dan kepada keluarga dan para sahabatnya, serta orang yang lebih utama dengannya.
Saudara-saudaraku, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالي: {إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتۡلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ يَرۡجُونَ تِجَٰرَةٗ لَّن تَبُورَ ٢٩ لِيُوَفِّيَهُمۡ أُجُورَهُمۡ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضۡلِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ غَفُورٞ شَكُورٞ ٣٠}[فاطر: 29- 30]
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. [Fathir/35:29-30]
Membaca al-Qur`an terbagi dua.
Pertama, membaca secara hukum, membenarkan beritanya dan melaksanakan hukumnya, hal itu dengan cara melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Hal itu insya Allah akan dibahas di majelis yang lain.
Kedua, membaca secara lafazh yaitu membacanya. Banyak sekali nash yang menunjukkan keutamaannya. Dalam Shahih al-Bukhari, dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « ﺧَﻴْﺮُﻛُﻢْ ﻣَﻦْ ﺗَﻌَﻠَّﻢَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺁﻥَ ﻭَﻋَﻠَّﻤَﻪُ » [ أخرجه البخاري ]
“Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari dan mengajarkan al-Qur`an.”[1]
Dalam Shahihaian, dari Aisyah radhiyallahu anha, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ)) [ أخرجه مسلم ]
“Orang yang pandai membaca al-Qur`an bersama para malaikat yang mulia lagi berbakti, dan orang yang membaca al-Qur`an dan ia terbata-bata padanya serta merasa berat atasnya, untuknya dua pahala.”[2]
Dua pahala, pertama adalah pahala membaca dan yang kedua karena susahnya dalam membaca. Dalam Shahihain pula, dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الأُتْرُجَّةِ؛ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ, وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ؛ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ)) [ أخرجه البخاري ]
“Perumpamaan orang beriman yang membaca al-Qur`an adalah seperti buah utrujjah, rasanya enak dan aromanya wangi. Dan perumpamaan orang beriman yang tidak membaca al-Qur`an adalah bagaikan buah kurma, tidak ada aromanya dan rasanya manis.[3]
Dalam Shahih Muslim, dari Abu Umamah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ)) [ أخرجه مسلم ]
“Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya.”[4]
Dalam Shahih Muslim, dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((أَفَلاَ يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الإِبِلِ)) [ أخرجه مسلم ]
“Tidaklah seseorang darimu pergi ke masjid, lalu ia mempelajari atau membaca dua ayat dari al-Qur`an, lebih baik baginya daripada dua ekor unta, tiga ayat lebih baik dari pada tiga unta, empat ayat lebih baik baginya dari pada empat ekor unta, dan dari jumlahnya dari unta.[5]
Dalam Shahih Muslim pula, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ تَعَالَى، يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمْ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ)) [ أخرجه مسلم ]
“Tidaklah satu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah subhanahu wa ta’ala (masjid), membaca kitabullah (al-Qur`an) dan saling mempelajarinya di antara mereka, melainkan turunlah sakinah (ketenangan) kepada mereka, diliputi rahmat dan dikelilingi malaikat, dan Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan mereka pada orang (malaikat) yang ada di sisi-Nya.[6]
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((تَعَاهَدُوا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ الْإِبِلِ فِي عُقُلِهَا)) [ أخرجه البخاري ]
‘Jagalah hapalan al-Qur`an, demi Allah Subhanahu wa ta’ala yang diriku berada di tangan-Nya, sungguh ia lebih cepat terlepas dari pada unta dalam ikatannya.“Muttafaqun ‘alaih.[7]
Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((لاَ يَقُلْ أَحَدُكُمْ نَسِيتُ آيَةَ كَيْتَ وَكَيْتَ بَلْ هُوَ نُسِّىَ)) [ أخرجه البخاري ]
“Janganlah seseorang darimu berkata ‘aku lupa ayat ini dan ini, tetapi ia dilupakan.”HR. Muslim.[8]
Hal itu dikarenakan ucapannya, ‘aku lupa’ bisa memberikan arti tidak memperdulikan hapalan al-Qur`an-nya hingga ia melupakannya.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلامٌ حَرْفٌ، وَمِيمٌ حَرْفٌ)) [ أخرجه الترمذي ]
“Barangsiapa yang membaca satu huruf al-Qur`an maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan dibalas sepuluh kebaikan, aku tidak mengatakan satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.’ HR. At-Tirmidzi[9] dan ia berkata : Hasan shahih dari jalur ini, dan sebagian ulama mutaakhirin menshahihkannya secara mauquf kepada Ibnu Mas’ud.
Dan darinya pula, ia berkata, ‘Sesungguhnya al-Qur`an ini adalah jamuan Allah Subhanahu wa ta’ala maka terimalah jamuannya sebatas kemampuanmu. Sesungguhnya al-Qur`an ini adalah tali Allah Subhanahu wa ta’ala yang kuat dan cahaya yang nyata, penyembuh yang bermanfaat, penjaga bagi siapa yang berpegang dengannya dan keselamatan bagi yang mengikutinya, tidak menyimpang maka perlu dibetulkan, tidak bengkok sehingga perlu diluruskan, tidak pernah berakhir keajaibannya, tidak jenuh karena banyak diulangi. Bacalah, sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala memberi pahala kepadamu karena membacanya setiap huruf sepuluh kebaikan. Adapun saya, sungguh aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, mim satu huruf dan lam satu huruf.’ HR. Hakim.[10]
Saudara-saudaraku, inilah keutamaan membaca al-Qur`an, pahala ini bagi yang mengharapkan pahala dan ridha dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Pahala besar untuk amal yang sedikit. Maka orang yang tertipu adalah yang lalai padanya, orang yang rugi adalah orang yang tidak mendapatkan keuntungan saat tidak bisa lagi menyusulnya. Keutamaan ini mencakup semua al-Qur`an, dan disebutkan dalam sunnah tentang keutamaan beberapa surat tertentu.
Di antara surah tersebut adalah surah al-Fatihah: Dalam Shahih al-Bukhari, dari Abu Sa’id bin Mu’alla radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمُ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ)) [ أخرجه البخاري ]
“Aku akan mengajarkan kepadamu surah terbesar dalam al-Qur`an ‘alhamdulillahi rabbil ‘alamin’ (al-Fatihah) tujuh (ayat) yang diulang-ulang dan al-Qur`an agung yang diberikan kepadaku.”[11]
Karena keutamaannya tersebut, membacanya merupakan salah satu rukun shalat yang tidak sah kecuali dengannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((لا صَلاة لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ)) [ متفق عليه ]
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah.”Muttafaqun ‘alaih.[12]
Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Barangsiapa shalat yang tidak membaca al-Fatihah padanya, maka ia kurang.’ Beliau mengatakannya tiga kali. Ada yang bertanya kepada Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ‘Kami berada di belakang imam.’ Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menjawab: ‘Bacalah pada dirimu (dengan suara pelan). [13]
Di antara surah yang ditentukan adalah surah al-Baqarah dan Ali Imran: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ: البقرة وآل عمران فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أو غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَـاجَّـانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا. اقْرَءُوا سُـورَةَ الْبَقـرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ – يعني السَّحَرَة -)) [ أخرجه مسلم ]
“Bacalah Zahrawain (yaitu) al-Baqarah dan Ali Imran, sesungguhnya keduanya datang pada hari kiamat seolah-olah dua awan, atau bagaikan dua kelompok burung yang berbulu yang membela pembacanya. Bacalah surat al-Baqarah, sungguh mengambilnya adalah berkah dan meninggalkannya adalah rugi, dan penyihir tidak bisa mengganggunya.”HR. Muslim.[14]
Dan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shalallahu’alaihi wasallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( إن البَيْتِ الذي تُقْرَأُ فيه سُورَةُ البَقَرَةِ لا يدخله الشَّيْطانَ )) [ أخرجه مسلم ]
“Sesungguhnya rumah yang dibacakan surah al-Baqarah di dalamnya tidak bisa dimasuki syetan.”HR. Muslim. [15]
Hal itu dikarenakan di dalamnya ada Ayat Kursi, disebutkan dalam hadits shahih bahwa barangsiapa yang membacanya di malam hari niscaya ia berada dalam penjagaan Allah Subhanahu wa ta’ala dan syetan tidak bisa mendekatinya hingga subuh. Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, bahwa Jibril alaihissallam berkata, dan ia berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Ini adalah pintu yang telah dibuka, belum pernah dibuka sebelumnya. Ia berkata: maka turun malaikat darinya, lalu datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata: “Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, belum pernah diberikan kepada nabi sebelum kamu (yaitu) al-Fatihah dan penutup surah al-Baqarah, engkau tidak membaca satu huruf darinya kecuali diberikan kepadamu.” HR. Muslim.[16]
Di antara surah yang ditentukan keutamaannya: dalam Shahih al-Bukhari, dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ)) [ أخرجه البخاري ]
“Demi diriku yang berada di tangan-Nya, sesungguhnya ia mengimbangi sepertiga al-Qur’an.” [17]
Bukanlah maksudnya mengimbanginya dalam fadhilah (keutamaan) bahwa ia mencukupkan darinya (bisa menggantikannya). Karena itulah jika ia membacanya di dalam shalat sebanyak tiga kali niscaya tidak bisa menggantikannya dari membaca al-Fatihah. Tidak berarti sesuatu yang mengimbangi yang lain dalam keutamaan bahwa ia bisa mencukupkannya. Dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca :
لا إلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ ؛ وَلَهُ الحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، عَشْرَ مَرَّاتٍ . كَانَ كَمَنْ أعْتَقَ أرْبَعَةَ أنْفُسٍ منْ وَلَدِ إسْمَاعِيلَ [متفق عليه]
‘Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah Subhanahu wa ta’ala, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan dan untuk-Nya pujian’ dan Dialah yang Mahakuasa atas segala sesuatu, sebanyak sepuluh kali, niscaya pahala seperti memerdekakan empat orang budak dan keturunan nabi Ismail alaihissallam.”Muttafaqun ‘alaih.[18]
Kendati demikian, jika seseorang berkewajiban membayar empat kafarat empat orang budak lalu ia membaca zikir ini, niscaya tidak bisa menggantikan kewajiban memerdekakan budak ini, sekalipun sama dalam keutamaan.
Di antara surah yang mempunyai keutamaan khusus adalah surah al-Falaq dan an-Naas. Dari Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ألمْ تَر آيَاتٍ أُنْزِلَت الليلةَ لمْ يُرَ مثْلُهُنَّ { قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ } و { قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ }
“Apakah engkau tidak memikirkan ayat-ayat yang diturunkan yang tidak ada seumpamanya yaitu surah al-Falaq dan an-Naas.’ HR. Muslim.
Dan dalam riwayat an-Nasa`i,
ما سَأَلَ سائِل بمثلهما ولا اسْتَعَاذَ مُسْتِعيذٌ بمثلهما
‘Tiada seseorang meminta dengan semisalnya dan tidak ada yang berlindung dengan seumpamanya.”
Maka bersungguh-sungguhlah, wahai saudaraku, dalam memperbanyak membaca al-Qur`an yang penuh berkah, terutama di bulan ini yang diturunkan al-Qur`an padanya. Sesungguhnya banyak membaca dalam bulan ini memiliki keutamaan khusus. Jibril ‘alahissalam mengulangi/tadarus al-Qur`an kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan sebanyak satu kali setiap tahun, dan pada tahun yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, ia (Jibril ‘alahissalam) melakukannya sebanyak dua kali untuk memperkuat dan memantapkan. Para salafus shalih banyak membaca al-Qur`an di bulan Ramadhan, di dalam shalat dan di luarnya. Imam az-Zuhri rahimahullah, apabila masuk bulan Ramadhan berkata: ‘Sesungguhnya ia adalah bulan membaca al-Qur`an dan memberi makan.’ Apabila masuk bulan Ramadhan, imam Malik rahimahullah meninggalkan membaca hadits dan majelis ilmu, dan mengkhususkan membaca al-Qur`an dari mushhaf. Qatadah rahimahullah mengkhatamkan al-Qur`an setiap kali tujuh malam dan pada bulan Ramadhan setiap tiga malam, dan di sepuluh hari terakhir setiap malam. Ibrahim an-Nakha’i mengkhatamkan al-Qur`an di bulan Ramadhan setiap tiga malam dan pada sepuluh hari terakhir setiap dua malam, dan al-Aswad rahimahullah membaca semua al-Qur`an setiap dua malam di semua bulan.
Ikutilah mereka, semoga Allah Subhanahu wa ta’ala memberi rahmat kepadamu, niscaya engkau menyusul orang-orang baik yang suci. Ambilah kesempatan malam dan siang yang mendekatkanmu kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Sesungguhnya umur terus berjalan cepat dan waktu berlalu semuanya, dan hanya bagaikan satu waktu di siang hari.
Ya Allah, berilah kami taufik untuk membaca kitab-Mu menurut cara yang menyebabkan ridha-Mu kepada kami. Berilah kami petunjuk jalan-jalan kesejahteraan. Keluarkanlah kami dari kegelapan kepada cahaya. Dan jadikanlah ia sebagai hujjah bagi kami bukan atas kami, wahai Rabb semesta alam.
Ya Allah, tinggikanlah derajat kami dengannya, selamatkanlah kami dengannya dari kerendahan, ampunilan kesalahan-kesalahan kami dengannya, ampunilah kami, kedua orang tua kami dan semua kaum muslimin dengan rahmat-Mu wahai Yang Paling pengasih dari yang pengasih.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.
[Disalin dari فضل تلاوة القرآن Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Penerjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
______
Footnote
[1] HR. Al-Bukhari 4739, at-Tirmidzi 2908, Abu Daud 1452, Ibnu Majah 211, Ahmad 1/69, dan ad-Darimi 3338.
[2] HR. Muslim 798, at-Tirmidzi 2904, Abu Daud 1454, Ibnu Majah 3779, Ahmad 6/98, ad-Darimi 3368.
[3] HR. Al-Bukhari 5111, Muslim 797, at-Tirmidzi 2865, an-Nasa`i 5038, Abu Daud 4829, Ibnu Majah 214, Ahmad 4/408 dan ad-Darimi 3363.
[4] HR. Muslim 804 dan Ahmad 5/255
[5] HR. Muslim 803, Abu Daud 1456, dan Ahmad 4/154.
[6] HR. Muslim 2699, at-Tirmidzi 2945, Abu Daud 1455, Ibnu Majah 225, dan Ahmad 2/252.
[7] HR. Al-Bukhari 4746, Muslim 791, dan Ahmad 4/397.
[8] HR. Al-Bukhari 4744, Muslim 790, at-Tirmirdzi 2942, an-Nasa`i 943, Ahmad 1/417, dan ad-Darimi 2745.
[9] HR. At-Tirmidzi 2910
[10] Ad-Darimi 3315.
[11] HR. Al-Bukhari 4720, an-Nasa`i 4720, Abu Daud 1458, Ibnu Majah 3785, Ahmad 4/211, dan ad-Darimi 1492.
[12] HR. Muslim 723, Muslim 394, at-Tirmidzi 247, an-Nasa`i 911, Abu Daud 822, Ibnu Majah 837, Ahmad 5/313, ad-Darimi 1242.
[13] HR. Muslim
[14] HR. Muslim 804 dan Ahmad 5/249
[15] HR. Muslim 780, at-Tirmidzi 2877 dan Ahmad 2/378.
[16] HR.Muslim 806 dan an-Nasa`i 912.
[17] HR. Al-Bukhari 4726, an-Nasa`i 995, Abu Daud 1461, Ahmad 3/35, Malik 483.
[18] HR. Al-Bukhari 6041, Muslim 2693, at-Tirmidzi 3553, dan Ahmad 5/418.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/58081-keutamaan-membaca-al-quran.html